Tuesday, August 11, 2009
Sholawat serta salam semoga tercurah kehadhirat Nabi Muhammad saw beserta Keluarganya,Shohabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Setiap muslim diperintahkan membaca Al-qur'an karena membaca Al-qur'an merupakan AFDHOLUL IBADAH untuk ummat Nabi Muhammad saw
Al-qur'an yang isinya 30 juz,114 surat,dan 6.666 ayat,yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas,jelas mempunyai keutamaan yang berbeda-beda,salah satunya adalah SURAT YAASIIN.
Dalam fadhilah surat Yaasiin ada beberapa pendapat dalam menyikapi hadits.Di antaranya ada yang menyatakan bahwa hadits-hadits tersebut tidak bisa digunakan sebagai dalil untuk suatu amalan,dan ada juga yang menyatakan bahwa,hadits-hadits tersebut bisa dijadikan sebagai dalil untuk suatu amalan membaca surat yaasiin
Dengan melihat fenomena kehidupan masya rakat muslim seperti tersebut diatas.Alhamdulillah kami telah selesai merangkum serta menulis sebuah risalah singkat yang didalamnya akan kami jelaskan dua pendapat yang berbeda dalam menyikapi fadhilah surat Yaasiin itu.
Harapan dari penyusun,semoga risalah ini nantinya bermanfaat bagi penyusun khususnya dan ummat islam pada umumnya hingga akhir zaman.Juga semoga dengan penjelasan ini kiranya dapat memperkuat tali ukhuwah islamiyah serta membangkitkan hirrah kita untuk membaca,memahami dan mengamalkan Al-qur'an.Amiin.
BEKASI.2006M/1427H
PENYUSUN:
USTADZ.MUHAMMAD TASNIM;AL-HABIB ZAKI MULAHELA
من قرأ يس في ليلة اصبح مغفورا له
Manqoro'a Yaasiin'' fii Lailatin Ashbacha Maghfuurollahu
Artinya:Barang siapa yang membaca surat yaasiin dimalam hari,maka terampuni dosanya ketika ia bangun pagi.(H.R.Ibnul jauzi dalam kitab Al-Maudhu'ah jilid 1/47)
من قرأ يس في ليلة
Manqoro'a Yaasiin fii Lailatin Ibtighoo'a wajhillahi Ghufiro Lahu.
Artinya:Barang siapa yang membaca surah Yaasiin pada malam hari,karena mengharapkan keridhoan Allah swt,niscaya Allah swt akan ampuni dosanya(H.R.At-Thabrani dalam kitab Al-mu'jamul Aushaath dan Al Mu'jamus Shoghir)
من قرأ يس في ليلة ابتغاء وجه الله غفر له في تلك الليلة
Manqro'a Yaasiin Fii Lailatin Ibtighoo'a Wajhillahi Ghufiro lahu Fii Tilkal Lailati
Artinya:Barang siapa membaca surat Yaasiin pada malam hari,karena mengharap keridhoan Allah swt,maka ia akan diampuni dosanya pada malam itu.(H.R.Imam Ad-Darimy dari Walid bin Syuja')
من داوم على قرأة يس في كل ليلة ثم مات مات شهيدا
Mandaa wama 'Alaa Qiro'ati Yaasiin fii kulli lailatin Tsumma maata,maata Syahiidan
Artinya:Barang siapa yang terus menerus membaca Surat Yaasiin pada setiap malam,kemudian dia mati,maka ia mati Syahid.(H.R.At-Thobrony dalam kitab Al Mu'jamus Shoghir).
من قرأ يس في صدر النهار قضيت حواءجه
Manqoro'a Yaasiin fii Shodrinnahaari Qudhiat hawaa ijuhu
Artinya:Barang siapa yang membaca surat Yaasiin pada permulaan siang (pagi hari) maka terpenuhi semua hajatnya/keperluannya.(H.R.Imam Ad-Darimy dari Walid bin Syuja').
من قرأ يس مرة فكأنما قرأ القرآن مرتين
Manqoro'a Yaasiin Marrotan faka-annamaa Qoro'al Qur'aana marrotaini
Artinya:Barang siapa yang membaca surat Yaasiin satu kali,seolah-olah ia telah membaca Al-Qur'an dua kali(H.R.Al-Baihaqi dalam kitab Syu'abul Imam).
من قرأ يس مرة فكأنما قرأ القرآن عشر مرات
Manqoro'a Yaasiin Marrotan Faka-annama Qoro'al Qur'aana Asyro Marrootin.
Artinya:Barang siapa yang membaca surat Yaasiin satu kali,seolah-olah ia telah membaca Al-Qur'an sepuluh kali(H.R.Al-Baihaqi dalam kitab syu'abul Imam dari Abu Huroiroh).
ان لكل شيء قلبا وقلب القرآن يس ومن قرأ يس كتب الله له بقراءتها قراءة القرآن عشر مرات
Inna Likulli Syai'in Qolban, Waqolbul Qur'aani Yaasiin, Wamanqoro'a Yaasiin Kataballohu Lahu Biqiroo'atihaa Qiroo'atal Qur'aani Asyro Marrotin
Artinya:Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati,dan hati (inti) Al-Qur'an itu adalah Surat Yaasiin.Dan barang siapa membacanya,Allah swt akan memberikan pahala bagi pembaca itu seperti pahala membaca Al-Qur'an sepuluh kali.(H.R.At-Tarmidzi dan Ad-Darimy dari Humaid bin Abdur Rahman).
من قرأ يس حين يصبح يسر يومه حتى يمسي ومن قرأها في صدر ليلة أعطي يسر ليلته حتى يصبح
Manqoro'a Yaasiin hiina yushbihu yusiro Yaumuhu hatta Yumsia,Waman Qoro'ahaa fii shodri Lailatin U'thiya yusro Lailatihi hatta yusbiha
Artinya:Barang siapa yang membaca surat Yaasiin di pagi hari maka akan dimudahkan urusan hari itu sampai sore hari.Dan barang siapa yang membacanya di awal malam atau sore hari,maka akan diberi kemudahan urusan malam itu sampai pagi hari.(H.R.Iman Ad-Darimy dari 'Amr bin Zararah).
من قرأ يس كل ليلة غفر له
Manqoro'a Yaasiin kulla Lailatin Ghufirolahu
Artinya:Barang siapa yang membaca surat Yaasiin setiap malam hari ,niscaya di ampuni dosanya.(H.R.Al-Baihaqi dalam Kitab Syu'abul Imam).
ان الله تبارك وتعالى قرأ طه و يس قبل ان يخلق آدم بألفي عام فلما سمعت الملآءكة القرأن قالوا طوبى لأجواف تحمل هد'ا
Innalloha Tabaaroka wata'alaa Qoro'a Thooha wa Yaasiin Qobla ayyahluqo Aadama bi Alfay 'Aamin Falammaa sami'atil Malaaikatul Qur'aana, Qooluu, Thuubaa li alsunin tatakallamu bihaa dZA watuuba liaj-waafin tahmiluu haadza
Artinya:Sesungguhnya Allah Ta'ala membaca surat Thoohaa dan surat Yaasiin 2000 (dua ribu) tahun sebelum Nabi Adam diciptakan,tatkala para Malaikat mendengarkan Al-Qur'an (yakni kedua surat itu) seraya berkata "Berbahagialah bagi umat yang diturunkan Al-Qur'an atas mereka, Alangkah baiklah lidah-lidah yang berkata dengan ini (membacanya) dan Alangkah baiklah rongga-rongga yang membawanya (yakni menghafal surat ini).(H.R.Imam Ad-Darimy Ibnu Khuzaimah dalam Kitab Attauhid).
من سمع سورة يس عدلت له عشرين دينارا في سبيل الله ومن قرأها عدلت له عشرين حجة ومن كتبها وشربها ادخلت جوفه الف يقين والف نور والف رحمة والف رزق ونزعت منه كل غل وداء
Man Sami'at surota Yaasiin 'Adalat lahu 'Isyriina diinaa-ron fii sabiilillahi. wamanqoro'ahaa 'Adalat lahu 'Isyriina hajjatan.Waman katabahaa wasyariibahaa Ud-khilat jau-fahu Alfa Yaqiinin Wa Alfa Nuurin,Wa Alfa Baroo katin, Wa Alfa Rohmatin Wa Alfa Rizkin,Wanuzi'at minhu-kullu ghillin wa Daa-in.
Artinya:Barang siapa mendengar bacaan Surat Yaasiin,ia akan di beri ganjaran 20 (dua puluh) dinar di jalan Allah swt.Dan barang siapa yang membacanya akan diberi ganjaran kepadanya laksana ganjaran 20 (dua puluh) kali melakukan Ibadah Haji.Dan barang siapa menuliskannya kemudian ia meminum airnya maka ia akan dimasukkan kedalam rongga dadanya 1000 (seribu) keyakinan,seribu cahaya,seribu barokah,seribu rahmat,seribu rizki,dan akan di cabut/dihilangkan segala macam kesulitan dan penyakitnya.(H.R.Al-Khatib dari Ali).
يس لما قرأت له
Yaasiin limaa Quri'at lahu
Artinya:Surat Yaasiin itu bisa memberi manfaat sesuai tujuan yang dibacakan untuknya.
يس قلب القرأن لا يقروءها رجل يريد الله والدر الآخرة الا غفرله واقروءوها على موتاكم
Yaasiin Qolbul-Qur'aani la Yaqro'uha Rojuulun yurii dulloha waddaarol Aakhiroti illa Ghufiro lahu, Waqro-uuhaa 'Alaa Mautaakum
Artinya:Surat Yaasiin itu hatinya Al-Qur'an,tidaklah seseorang lelaki membacanya karena mengharapkan keridhoan Allah swt dan Negeri Akhirat (surganya) melainkan Allah akan mengampuni dosanya.Oleh karena itu bacakanlah surat Yaasiin itu untuk orang-orang yang akan atau sudah mati di antara kalian.(H.R.Ahmad dan An-Nasa'i dalam kitab 'Amalul Yaum wal Lailah NO.108)
اقرأوا يس على موتاكم
Iqro'uu Yaasiin 'Alaa Mautaakum
Artinya:Bacakan surat Yaasiin kepada orang yang akan atau sudah mati diantara kalian.(H.R.Ahmad(V/26-27),Abu Daud, Ibnu Syaibah An-Nasa'i, Ibnu Majah, Al-Baihaqy dan At-Thayalisi dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu 'Utsman dari Ayahnya dari Ma'qil bin Yasar).
حدثنى المشيخة أنهم حضروا غضيف بن الحارث الثمالى حين اشتد سوقه فقال, هل منكم احد يقراء يس ,قل فقرأها صالح بن شريح السكوني فلما بلغ اربعين منها قبض قال, فكان المشيخة يقولون إد'ا قرأت عند الميت خفف عنه بها قال صفوان وقرأها عيس بن المعتمر عندابن معبد
Haddatsaanil Masy-yakhotu Annahum haddhoruu Ghudhaifabnal Haaritsits-tsumaaliyaa hiinasytadda sauquhu faqoola;Hal minkum Ahadun Yaqro'u Yaasiin Qoola, Faqoro'ahaa shoolihubnu Syuroihus Sakuuniyu Falamma Balagho Arba'iina minhaa Qubidho Qoola; Fakaanal Masy-yakhotu Yaquuluuna Idzaa Quri'at Indal mayyiti khuffifa 'Anhu bihaa Qoola shofwaanu,Waqoro'ahaa 'Isabnul Mu'tamiri 'Indabni Ma'bad
Artinya:Telah berkata kepadaku beberapa Syaikh,Bahwasanya, mereka hadir ketika Ghudhaif Bin Harits mengalami Naza'(sakaratul maut)seraya berkata:"siapakah diantara kalian yang dapat membacakan Surat Yaasiin ?",lalu Sholih Bin Syuraih As-Sakuni membacakannya.Maka ketika sanpai pada ayat ke 40(enpat puluh),ia(Ghudhaif Bin Harits) wafat. Shofwan mengatakan,"Para Syaikh berkata,'Bila dibacakan Surat Yaasiin disisi orang yang mau meninggal,niscaya diringankan bagi simayit (keluarnya ruh), dengan sebab bacaan itu", kata Shofwan:"kemudian 'Isa bin Mu'tamir membacakan surat Yaasiin disisi Ibnu Ma'bad".(H.R.Ahmad(IV/105).
ما من ميت يموت فيقرأ عنده يس إلا هون الله عليه
Maa mimmayyitin Yamuutu Fayuqro'u 'Indahu Yaasiin illa Hawwanallohu 'Alaihi
Artinya:Tidak ada seorangpun yang akan mati, lalu dibacakan surat Yaasiin, disisinya (yaitu ketika ia sedang Naza'), melainkan Allah akan memudahkan(kematian) atasnya.(H.R.Abu Nu'Aim dalam kitab Akhbaru Ashbaham (I/188) dari Marwan bin Salim Al-Jazary).
Artinya:Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk kepada(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal sholeh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (Q.S.Al-Israa:9).
Kebanyakan kaum muslimin diberbagai tempat sering membaca surat Yaasiin, yang seolah-olah anjuran Nabi Muhammad saw untuk membaca Al-Qur'an dimaksudkan adalah surat Yaasiin. Sepertinya Al-Qur'an itu isinya hanyalah surat Yaasiin saja.Hal ini dikarenakan seringnya kita mendengar kaum muslimim dan muslimat membaca surat Yaasiin seperti misalnya: di rumah,di pondok,dan bahkan sering pula kita dengar dibacakan untuk orang yang Naza'(akan mati),serta dibacakan dipemakaman kaum muslimin.
Dari isi Al-Qur'an yang berdiri dari 114 surat,hanya surat Yaasiin saja yang banyak dihafal oleh kaum muslimin.Kita sangat bergembira dengan banyaknya orang hafal membaca surat Yaasiin,tetapi kita yakini tentunya ada beberapa faktor yang sangat mendorong bagi kaum muslimin untuk menghafal surat Yaasiin tersebut.
Dan setelah kita teliti dengan seksama ternyata memang ada faktor pendorongnya,yaitu ada beberapa hadits yang menerangkan keutamaan (fadhilah) dan ganjaran (pahala) bagi orang yang menbaca surat Yaasiin,tetapi hadits-hadits yang menerangkan fadhilah surat Yaasiin tersebut ada yang lemah semuanya.
Kami akan menyebutkan dan menjelaskan kelemahan Hadits-Hadits tersebut, agar supaya kaum muslimin mengetahui, bahwa Hadits-Hadits tersebut tidak bisa dipakai sebagai Hujjah (alasan) meskipun untuk Fadhilah amal.
Selanjutnya kami akan menjelaskan pula kelemahan-kelemahan Hadits-Hadits yang menganjurkan membacakan Surat Yaasiin untuk orang yang Naza' (akan mati), maupun menganjurkan membacakan untuk orang yang sudah mati.
Yang perlu difahami dan diperhatikan dari Risalah ini adalah, bahwa dengan membahas masalah Yaasiinan, ini bukan berarti kami melarang (mengharamkan) Kegiatan membaca SuratYaasiin, akan tetapi kami ingin menjelaskan kesalahan orang-orang yang menyandarkan Dalil keutamaannya kepada Nabi Muhammad saw, sedangkan berdusta atas nama Nabi Muhammad saw adalah diharamkan dan diancam masuk neraka. Selain itu pula kita wajib memeriksa, apakah ada contoh Nabi Muhammad saw yang menerangkan, bahwa Nabi Muhammad saw, membaca Surat Yaasiin setiap malam hari jum'at, atau setiap memulai dan menutup majlis Ta'lim, atau ketika ada orang mati dan lain sebagainya.
Mudah-mudahan dari penjelasan dan keterangan ini bukan akan mematahkan semangat para pembaca, tetapi malah sebaliknya sebagai dorongan untuk membaca dan menghafal seluruh isi Al-Qur'an dan berupaya untuk mengamalkannya.
Semoga Risalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis / penyusun dan kaum muslimin pada umumnya, serta menjadi timbangan amal baik pada hari Qiamat nanti.
Adapun Pendapat-pendapat tersebut diantaranya adalah :
“IBNUL JAUZY” berkata, “Hadits ini dari semua jalan adalah Bathil (bohong), tdak ada asalnya”.
Imam Ad-Darul Qudny berkata,”Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad Hadits ini adalah tukang memalsukan Hadits”
Periksa:
- Kitab Al-Maudhu’ah oleh Ibnu Jauzy ( I /246-247),
- Kitab Mizaanul I’tidal Maudhu’ah ( 268 No.944)
Kata Imam Al-Buhory “Ia Mungkarul Hadits”,
Kata Ibnu Ma’in, “Ia tadak ada apa-apanya (tidak kuat)”
Periksa:
- Mizaanul I’tidal ( I /273-274)
- Lisanul Mizal ( I /464-465)
Periksa:
Sunan Ad-Darimy ( II / 457)
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqi, Abu Nu'aim dan Al-Khotib, dari jalan (sanad) Al-Hasan dari Abu Huroiroh,
Hadits ini Munqothi' (terputus), karena dalam semua sanadnya terdapat Al-Hasan binYasar Al-Bashry, ia tidak mendengar dari Abu Huroiroh.
Imam Adz-Dzahabi berkata, "Al-Hasan tidak mendengarkan dari Abu Huroiroh, maka semua Hadits-Hadits yang di riwayatkan dari Abu Huroiroh termasuk dari jumlah Hadits-Hadits Munqothi' (terputus).
Periksa:
- Mizaanul I'tidal ( I / 527 No.1968),
- Al-Fawaaidul Majmu'ah halaman 69 No.945
- Taqiq Syaikh Abdur Rahman Al-Mu'allimy.
Periksa:
- Tuhfatudz-dzakirin (halaman 340).
- Mizaanul I’tidal ( II / 159-160).
- Lisanul Mizan ( III / 44-45).
Hadits ini, bukan Hadits Mursal, karena 'Atha' bin Abi Rabah tidak bertemu dengan Nabi Muhammad saw,ia lahir kurang lebih 24 Hijriyah dan wafat tahun 114 Hijriyah.
Periksa:
- Sunan Ad-Darimy ( II / 247 )
- Misykatul Mashaabih
- Takhrij No.2177
- Mizaanul I'tidal ( III / 70 )
- Taqribut Tadzib ( II / 22 )
- Dho’if Jami’atush Shoghir ( No.5789 )
- Silsilatul Ahaadits Adh Dho’ifah Wal Maudhu’ah ( No 4636 oleh Syeikh Al-Bany ).
- Dho’if Jami’atush Shogir ( No 5798 ) oleh Syeikh Al- Bany.
Dalam Hadits ini terdapat Dua (2) rowi yang lemah, yaitu:
a. Abu Muhammad perowi majhul ( tidak dikenal riwayat hidupnya ). Kata Imam Adz-Dzahabi, "Aku menuduhnya Majhul" Harun
Perisa:
- Mizaanul I'tidal ( IV / 288 )
b. Muqothil bin Hayyan Kata Ibnu Ma'in, "Dho'if". Kata Imam Ahmad bin Hanbal, " Aku tidak peduli kepada Muqothil bin Hayyan dan Muqothil bin Sulaiman".
Periksa
- Mizaanul I'tidal ( IV / 55-56 ),
"Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang Hadits ini", Jawabannya: " Muqothil yang ada dalam Sanad Hadits ini diawal Kitab yang disusun oleh Muqothil bin Sulaiman dan ini adalah Hadits Bathil ( Bohong ), tidak ada asalnya".
Periksa:
- Mizaanul I'tidal ( IV / 172 )
Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Bany berkata, "Apabila sudah jelas bahwa Muqothil, yang dimaksudkan adalah Muqothil bin Sulaiman, sebagaimana yang sudah dinyatakan oleh Imam Abu Hatim dan diakui oleh Imam Adz-Dzahabi,maka Hadits ini Maudhu'ah ( palsu ).
Periksa
- Silsilatul Ahaadits Adh-Dho'ifah ( No.169 Halaman. 313-314 ).
Kata Imam Waqi’, “ Muqothil bin Sulaiman tukang dusta / Kadzab”.
Kata Imam An-Nasa’i, “ Muqothil bin Sulaiman saring berdusta”.
Periksa:
- Mizaanul I’tidal ( IV / 173 ).
Periksa
- Taqrib ( I / 423 No.2841 ).
- Mizaanul I'tidal ( II / 263 ).
Syeikh Muhammad berkata, "Syahr bin Hausyab lemah dan tidak boleh Nashiruddin Al-Bany dipakai sebagai Hujjah (alasan), karena banyak salahnya”. Hadits ini juga Mauquf ( hanya sampai pada sahabat saja ).
Periksa:
- Silsilatul Ahaadits Ad-Dho’ifah Wal Maudhu’ah ( I / Halaman 426 ).
- Dho’if Jami’ushoghir Hadits No.5788.
- Silsilatul Ahaadits Ad-Dho’ifah No.4636.
- Imam Ad-Darimy ( II / 456 ).
- Ibnu Khuzaimah ( Kitab At-Tauhid No.328 ).
- Ibnu Hibban (Kitab Adh-Dhu’afa I / 108 ).
- Ibnu ‘Ashim (As-Sunah No.607 ).
- Al-Baihaqy ( Kitab Al-Asma’ Wa Shifat I / 365 ).
- At-Thobrony (Kitab Al-Mu'ja Mul Ausyath No.4873 ).
Dari jalan Ibrohim bin Muhajir bin Mismar,ia berkata,."Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafshoh bin Dzakwan dari Maula Al-Huraqah".
Kata Ibnu Khuzaimah, namanya dari Abu Huroiroh,ia berkata, "Telah bersabda Rosulullah saw,…………" Matan Hadits ini Maudhu'ah ( palsu ),
Kata Ibnu Hibban, " Matan Hadits ini Palsu dan sanadnya sangat lemah,Karena 2 (dua) Rowi lemah"
1. Ibrohim bin Muhajir bin Mismar,Kata Imam Al-Bukhori, "ia adalah munkarul Hadits". Kata Imam Ibnu Hajar, "Ia Perowi lemah"
PERIKSA :
- Mizaanul I'tidal ( I / 67 )
- Toqribut Tahdzib ( I / 67 No.255 )
2. Umar bin Hafshoh bin Dzakwan Kata Imam Ahmad, "Kami Tinggalkan Haditsnya dan kami bakar".
Kata Imam 'Ali Ibnu Madini "Ia seorang rowi yang tidak Tsiqoh"
Kata Imam An-Nasa'i "Ia Rowi Mathruk".
Periksa :
- Mizaanul I'tidal (III / 189)
- Silsilatul Ahaadits Ad-Dho'ifah wal Maudhu'ah no. 1249
Al-Hafidz Imam Ibnu Katsir berkata, "Hadits ini gharib dan munkar , karena ibrahim bin muhajir dan syaikhina yaitu "Umar bin Hafsoh, diperbincangkan oleh para ulama ahli Hadits".
Periksa :
- kitab tafsir ibnu katsir (III / 156) cetakan Darus Salam tahun 1413 H.
Ibnu 'Azdiy berkata, " Dalam sanadnya ada rowi yang tertuduh memalsukan Hadits, yaitu Ahmad bin Harun ".
Periksa :
- Mizaanul I'tidal (I /162 )
Dalam sanad Hadits ini terdapat isma'il bin Yahya Al-bagdadi,
Sholih bin Muhammad Jazarah berkata, " ia (Isma'il bin Yahya Al Baghdadi) sering sering memalsukan Hadits"
Imam Azdiy berkata, " ia seorang tukang dusta dan tidak halal meriwayatkan dari padanya".
Periksa :
- Al-Maudhu'ah oleh Ibnu Jauzy (I /246 247)
- Fafaidul Majmu'ah film Ahaaditsil Maudhu'ah No.942.
- Mizaanul I'tidal (I/253-254).
Periksa
- AL-mashnu' Fii Ma'rifatil Haditsil Maudhu'ah oleh Ali Al-Qori' (No.414 hal 215-216).
- Ta'liq Abdul Fathah Abu Ghuddan.
Kata Imama As-Syakhowi, "Hadits ini tadak ada asalnya",
Periksa :
- Al-Maqoshidul Hasanah (No.1324).
Dalam Hadits ini ada tiga orang yang Majhul (tidak diketahui namanya dan keadaannya). Jadi Hadits ini lemah dan tidak boleh dipakai.
Periksa :
- Fathur Robbani ( VII/63)
MEMBONGKAR KEDOK WAHABI SALAFI YANG SESAT-MENYESATKAN
0 komentar Diposkan oleh misbahuzzhulam di 1:34 PM
1. Nama aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H /1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah di singgahi adalah Bagdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris benama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk mennyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha"i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan Alirannya Wahabi.
2. Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hambali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar, setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya, bahkan kakak kandungnya Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari madzhab Hambali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah ,Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi as-Syafi'i, menulis surat berisi nasehat.
3. "Wahai Ibn Abdi Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika aku dengar seseorang menyakini bahwa orang yang ditawasuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharat, kalau ia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tetapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A'dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena kau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, Sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.
4. Sebagaimana diketahui bahwa mazhab Ahlus sunnah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah swt berfirman : "Dan barang siapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu ( Allah biarkan mereka bergelimpang dalam kesesatan ) dan kami masukkan ia ke dalam jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An Nisa 115). Salah satu ajaran yang (diyakini oleh Muhamaad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi dan lain-lain). Berbagai dalil yang akurat yang disampaikan ahlusunnah waljama'ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat di terima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
5. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak lahirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu mengahalau pemikiran dan pemahaman agama sunni Syafi'i yang sudah mapan.
6. Gerakan Wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid'ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan disetiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini. Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para wali itu yang meng-Islam-kan 90% penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90% dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10% sisanya.
7. Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengaku mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Mekkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz ( yang sekarang di namakan Saudi ). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak dan balita pun merka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas Bid'ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid'ah? Karena nama negeri Rasulullah SAW di ganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham Wahabi yaitu As-Sa'ud.
8. Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakn tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdalam dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: "Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana,"sambil menunjuk ke arah timur ( Najed ). ( HR. Muslim dalam Kitabul Fitan ).
9. "Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca al-Qur'an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka ( tidak sampai kehati ), mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan pernah bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ke tempatnya, tanda-tanda mereka adalah bercukur ( gundul )."
10. ( HR-Bukhori no 7123,juz 6 hal 20748 ).Hadis ini juga di riwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban. Nabi SAW pernah berdo'a "Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, "para sahabat berkata: Dan dari Najed. wahai Rasullullah, beliau berdoa : Ya Allah,berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga kalinya Beliau SAW bersabda : "Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana pula akan muncul tanduk syaitan." Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.
11. "Tidak perlu kita menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup di tolak oleh hadist-hadist Rasullulah SAW itu sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur ( gundul ), karena ahli bid'ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian. Al-Allamah Sayyid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah Al-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala'udzdzolam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi SAW: "Akan keluar di abad kedua belas nanti di lembah BANY HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan ( sombong ), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka meghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin….."Al-Hadits.
12. BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain adalah Muhammad bin Abdul Wahab Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur ( Najed ) dan dua tanduk setan, sebagian ulama mengatakan bahwa yang akan di maksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibnu Abdil Wahab.
13. Pendiri ajaran Wahabiyah ini meninggal tahun 1206 / 1792 M, seorang ulama' mencatat tahunnya dengan hitungan abjad :"Ba daa halaakul khobiits" (Telah nyata kebinasaan orang yang keji ).
1. Jenggotnya kocar-kacir seperti kambing jawa.
2. Celana mereka cingkrang / ngegantung seperti kurang bahan.
3. Jika berdiri ketika sholat, kakinya mekangkang bagaikan orang sakit kondor.
4. Jika sujud memanjang bagaikan kadal.
5. Jika bertasyahud telunjuk mereka goyang-goyang bagaikan belatung dan encuk (jentik-jentik nyamuk)
6. Enggan mengangkat tangan untuk berdoa setelah sholat.
Dan masih banyak cirri-cirinya seperti angkuh, sombong dan merasa paling benar, seakan-akan surga milik bapaknya sendiri dll.
Fatwa yang sesungguhnya dari kehidupan Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak ada riwayat yang menyebutkan beliau pada tiap ulang tahun kelahirannya melakukan ritual tertentu. Bahkan para sahabat beliau pun tidak pernah kita baca dalam sejarah pernah mengandalkan ihtilaf secara khusus setiap tahun untuk mewujudkan kegembiraan karena memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Bahkan upacara secara khusus untuk merayakan ritual maulid Nabi Muhammad SAW juga tidak pernah kita dari generasi Tabi'in hingga generasi salaf selanjutnya.Perayaan seperti ini secara fakta memang tidak pernah diajarkan, tidak pernah dicontohkan dan juga tidak pernah dianjurkan oleh Rasulullah SAW, para shahabat bahkan para ulama salaf di masa selanjutnya.
Perayaan maulid Nabi Muhammad SAW secara khusus baru dilakukan di kemudian hari. Dan ada banyak fersi siapa yang memulai tradisi ini. Sebagian mengatakan konon Sholahuddin Al-Ayyubi yang mula-mula melakukannya, sebagai reaksi atas perayaan natal umat Nasrani. Karena saat itu di palestina,umat Islam dan umat Nasrani hidup berdampingan. Sehingga terjadi interaksi yang majemuk dan melahirkan berbagai pengaruh satu sama lain
Versi lain menyatakan bahwa perayaan maulid dimulai pada masa danasti Daulah Fatimiyyah di mesir pada abad keempat hijriyah. Hal itu seperti yang ditulis pada kitab Al-A'yad wa atsaruha alal Muslimin oleh Dr.Sulaiman bin Salim As-Suhaimi hal.285-287. disebutkan para khalifah Bani Fatimiyyah mengadakan perayaan-perayaan setiap tahun,diantaranya perayaan tahun baru , Asyura, Maulid Nabi Muhammad SAW bahwa termasuk Maulid Ali bin Abi Tholib, Maulid Hasan dan Husein serta maulid Fatimah dll.
Versi lainya lagi menyebutkan bahwa perayaan Maulid dimulai tahun 604 H oleh Malik Mudaffar Abu Sa'id Kukburi.
HUKUM MERAYAKAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW.
Mereka yang sekarang ini bayak merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW sering kali mengemukakan dalil. Diantaranya:
1.Mereka beragumentasi dengan apa yang ditulis oleh imam As-Suyuti di dalam kitab beliau, Hawi Li Al-Fatawa Syaikhul Islam tentang maulid serta Ibn Hajar Al-Asqalani ketika ditanya mengenai perbuatan menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau telah memberi jawaban secara tertulis:
Adapun perbuatan menyambut Maulid merupakan Bid'ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para Salafush-Shaleh pada 300 tahun pertama selepas hijrah. Namun perayaan itu penuh dengan kebaikan dan perkara-perkara yang terpuji, meski tidak jarang dicacat oleh perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya.
Jika sambutan Maulid itu terpelihara dari perkara-perkara yang melanggar syari'ah , maka tergolong dalam perbuatan bid'ah hasanah.Akan tetapi jika sambutan tersebut ter selip perkara-perkara yang melanggar syari'ah , maka tidak tergolong di dalam bid'ah hasanah.
2.Selain pendapat di atas , mereka juga berargumentasi dengan dalil hadits yang menceritakan bahwa siksaan Abu Lahab dineraka setiap hari Senin diringankan. Hal itu karena Abu lahab ikut bergembira ketika mendengar kelahiran keponakannya , Nabi Muhammad SAW. Meski dia sendiri tidak mau mengakuinya sebagai Nabi. Bahkan ekspresi kegembiraannya diimplementasikan dengan cara membebaskan budaknya , Tsuwaibah yang saat itu memberi kabar kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Perkara ini dinyatakan dalam sahih Bukhari dalam kitab Nikah. Bahkan Ibnu Katsir juga membicarakannya dalam kitabnya Siratunnabi jilid 1 halaman 124.
Syamsuddin Muhammad bin Nasiruddin Ad-Dimasyqi menulis dalam kitabnya Maurid As-sadi fi Mawlid Al-Hadi : Jika seorang kafir yang memang dijanjikan tempatnya di neraka dan kekal di dalamnya diringankan siksa kuburnya setiap hari Senin , apalagi hamba Allah SWT yang seluruh hidupnya bergembira dan bersyukur dengan kehadiran Ahmad dan meninggal dengan menyebut Ahad ?
3.Hujjah lainnya yang juga diajukan oleh para pendukung maulid Nabi Muhammad SAW adalah apa yang mereka katakan sebagai pujian dari Imam Ibnu Hajar Al-'Asqalani.
Menurut mereka , Ibnu Hajar telah menulis di dalam kitabnya , 'Al-Durar Al-Kamina fi 'ayn Al-Mi'at Al-tamina' bahwa Ibnu Katsir telah menulis sebuah kitab yang bertajuk maulid Nabi SAW dipenghujung hidupnya , malam kelahiran Nabi SAW merupakan malam yang mulia , terutama , dan malam yang diberkahi , malam yang suci , malam yang menggembirakan bagi kaum mu'min , malam yang bercahaya-cahaya , terang benderang dan bersinar-sinar dan malam yang tidak ternilai.
4.Para pendukung maulid Nabi SAW juga melandaskan pendapat mereka di atas hadits bahwa motivasi Rasulullah SAW berpuasa hari Senin karena itu adalah hari kelahirannya. Selain karena hari itru merupakan hari dinaikkannya laporan amalan manusia.
Abu Qatadah Al-Ansari meriwayatkan bahwa Rasullah SAW ketika ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin , menjawab , itulah hari aku dilahirkan dan itulah juga hari aku diangkat menjadi Rasul. Hadits ini bisa kita dapat di dalam Shahih muslim , kitab As-Siyam.
PENDAPAT YANG MENENTANG
Namun argumentasi ini dianggap belum bisa dijadikan landasan dasar pensyariatan seremoni maulid Nabi SAW.
Misalnya cerita tentang diringankannya siksa Abu Lahab itu , mereka mengatakan bahwa Abu Lahab yang diringankan siksanya itupun hanya sekali saja bergembirannya , yaitu saat kelahiran. Dia tidak setiap tahun merayakan kelahiran Nabi SAW dengan berbagai ragam seremoni. Kalaupun kegembiraan Abu Lahab itu melahirkan keringanan siksanya di neraka tiap hari Senin , bukan berarti orang yang tiap tahun merayakan lahirnya Nabi SAW akan mendapatkan keringanan siksa. Demikian juga dengan pujian Ibnu Katsir , sama sekali tidak bisa dijadikan landasan perintah untuk melakukan seremonial khusus di hari itu. Sebab Ibnu Katsir hanya memuji malam hari di mana Nabi SAW lahir , namun tidak sampai memerintahkan penyelenggaraan seremonial. Demikian juga dengan alasan bahwa Rasulullah SAW berpuasa di hari Senin , karena hari itu merupakan hari kelahirannya.
Hujjah ini tidak bisa dipakai , karena yang saat dilakukan bukan berpuasa , tapi melakukan berbagai macam aktivitas setahun sekali. Kalau pun mau berittiba' pada hadits itu , seharusnya umat Islam memperbanyak puasa sunnah hari Senin , bukan menyelenggarakan seremoni maulid setahun sekali.
Bahkan mereka yang menentang perayaan maulid Nabi SAW ini mengaitkannya dengan kebiasaan dari agama sebekum Islam. Di mana umat Yahudi , Nasrani dan agama syirik lainnya punya kebiasaan ini. Buat kalangan mereka , kebiasaan agama lain itu haram hukumnya untuk diikuti. Sebaliknya harus dijauhi. Apalagi Rasulullah SAW tidak menganjurkannya dan mencontohkannya.
Dahulu para penguasa Mesir dan orang-orang Yunani mengadakan perayaan untuk tuhan-tuhan mereka. Lalu perayaan-perayaan ini diwarisi oleh orang-orang Kristen , diantara perayaan-perayaan yang penting bagi mereka adalah perayaan hari kelahiran Isa Al- Masih , mereka menjadikannya hari raya dan hari libur serta bersenang-senang. Mereka menyalakan lilin-lilin , membuat makanan-makanan khusus serta mengadakan hal-hal yang diharamkan.
Dan akhirnya , para penentang maulid mengatakan bahwa semua bentuk perayaan maulid Nabi SAW yang ada sekarang ini adalah bid'ah yang sesat. Sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk menyelenggarakannya atau untuk mensukseskannya.
JAWABAN DARI PENDUKUNG MAULID
Tentu saja para pendukung maulid Nabi SAW tidak rela begitu saja dituduh sebagai pelaku bid'ah. Sebab dalam pandangan mereka , yang namanya bid'ah itu hanya terbatas pada ibadah mahdhah saja , bukan masalah social kemasyarakatan atau masalah muamalah.
Adapun seremonial maulid itu oleh para pendukungnya diletakkan diluar ritual ibadah formal. Sehingga tidak bisa diukur dengan ukuran bid'ah. Kedudukannya sama dengan seorang yang menulis buku tentang kisah Nabi Muhammad SAW. Padahal di masa Rasulullah SAW , tidak ada perintah atau anjuran untuk membukukan sejarah kehidupan beliau. Bahkan hingga masalah berikutnya , belum pernah ada buku yang khusus ditulis tentang kehidupan beliau.
Lalu kalau sekarang ini umat Islam memiliki koleksi buku sirah Nabawiyyah , apakah hal itu mau dikatakan sebagai bid'ah ? Tentu tidak , karena buku itu hanyalah sarana , bukan dari bagian ritual ibadah. Dan keberadaan buku-buku itu justru akan membuat umat Islam semakin mengenal sosok beliau. Bahkan seharusnya umat Islam lebih banyak lagi menulis dan mengkaji buku-buku itu.
Dalam logika berfikir pendukung maulid , kira-kira seremonial itu didudukan pada posisi seperti buku. Bedanya , sejarah Nabi Muhammad SAW tidak ditulis , melainkan dibacakan , dipelajari , bahkan disampaikan di dalam bentuk seni syair tingkat tinggi. Sehingga bukan untuk konsumsi otak saja , tetapi juga menjadi konsumsi hati dan batin. Karena kisah Nabi SAW disampaikan dalam syair yang indah. Dan semua itu bukan termasuk wilayah ibadah formal melainkan bidang muamalah. Di mana hukum yang berlaku bahwa segala sesuatu asalnya boleh kecuali bila ada dalil yang secara langsung melarangnya secara eksplisit.
KESIMPULAN
Sebagai bagian dari umat Islam , barang kali kita ada disalah satu pihak dari dua pendapat yang berbeda. Kalau pun kita mendukung salah satunya , tentu saja bukan pada tempatnya untuk menjadikan perbedaan pandangan ini sebagai bahan baku saling menjelekkan , saling tuding , saling caci , dan saling menghujat. Perbedaan pandangan tentang hukum merayakan maulid Nabi SAW , suka atau tidak suka , memang telah kita warisi dari zaman dahulu. Para pendahulu kita sudah berbeda pendapat sejak masa yang panjang. Sehingga bukan masanya lagi buat kita untuk meninggalkan banyak kewajiban hanya lantaran masih saja meributkan peninggalan perbedaan pendapat di masa lalu.
Sementara di masa sekarang ini , sebagai umat Islam , kita justru sedang berada di depan mulut harimau sekaligus buaya. Kita sedang menjadi sasaran kebusukan binatang pemakan bangkai. Bukanlah waktu yang tepat bila kita saling bertarung dengan sesame saudara kita sendiri , hanya lantaran masalah ini. Sebaliknya , kita justru harus saling membela , menguatkan , membantu dan mengisi kekurangan masing-masing.
Perbedaan pandangan sudah pasti ada dan tidak akan ada habisnya. Kalau kita terjebak untuk terus bertikai , maka para pemangsa itu akan semakin gembira.
Sunday, August 9, 2009

If you are wondering how manage celebrities to be always in shape no matter the occasion, Heidi Klum, Sarah Jessica Parker and Jennifer Lopez revealed some tips which will help you obtain a perfect body.
Lucy Liu confessed that she hates going in a covered gymnasium where she must breath recycled air. She prefers doing jogging in a park, hiking or swimming.
Halle Berry lost weight after giving birth by doing sport 30 minutes every day, 5 times / week. She combined the stepper with the bike by practicing ten minutes at each of it.
After giving birth to twins, Jennifer Lopez chose to prepare herself for the triathlon. Having her husband’s support, Marc Anthony, the star recovered the shapes that made her famous.
For those of you who are accustomed to doing a lot of sport, you can follow Gwyneth’s Paltrow advice. She does sport 18 minutes/ day so that there is no wonder she looks so well.
Top model Elle Macpherson says she maintained her tonus all this time by doing yoga, swimming or jogging. Follow her advice and you will feel better.
Although her youngness also helped, Katie Holmes lost weight after being pregnant by training for the New York marathon and especially by doing her fitness trainings 80 minutes per day four times per week.
Cindy Crawford says that besides doing fitness she hikes and plays with her two children. So, if you have children, don’t refuse them when they ask you to play with them.
When it comes to Sarah Jessica Parker, she lost weight by respecting a strict fitness training which combined jogging, yoga and mounting stairs. The star also says that she likes swimming and riding.
Heidi Klum does fitness and aerobic exercises and after that he caresses herself with proteins cocktails which help her maintain a sensational tonus.
In conclusion, try following some of these tips and you will surely feel healthier, beautiful and full of energy.
ShareThisDiscussion
One comment for “Fitness tips from celebrities”
i try everything i can’t lose weight ( www.tips4girls.net)
Saturday, August 8, 2009
India thwarts two jihadis who were plotting in India
Was another Mumbai-scale attack in the offing?
"Hizbul Mujahideen" -- that is, Party of Jihadists. But of course the learned analysts know that their Islamic allegiance can be entirely discounted, as it is of no importance in revealing how jihad terrorists are recruited and motivated to kill Infidels.
"Militants were sent to India on ‘important’ assignment," from The Hindu, August 8 (thanks to Maxwell):
NEW DELHI: The two suspected Hizbul Mujahideen militants arrested in the Walled City on Thursday night had been sent to India by the outfit’s supreme commander, Syed Salahuddin, on an “important” assignment.
They were remanded to 10-day police custody by a court here on Friday.
The police are trying to ascertain whether Javed Ahmad Tantray and Ashiq Ali Butt had been sent to carry out a strike in the run-up to the Independence Day celebrations here on August 15.
Their interrogation so far revealed that Salahuddin and his deputy, Khalid Saifullah, met them separately at training camps in Pakistan-occupied Kashmir seven months ago and asked them to remain prepared for an important assignment. A fortnight later, another militant Shahid told them to sneak into India through Nepal. He also procured passports and visas for them....
Posted by Robert at 10:54 AM Comments
var idcomments_acct = '8b6949a53699db3a78af8530727a735a';
var idcomments_post_id;
var idcomments_post_url;
Email this entry Print this entry Digg this del.icio.us
http://www.jihadwatch.org/archives/027162.php
Buzz up!
"We can see that President Obama has followed the enmity steps of his predecessor towards the Somali people"
The leader of the Somali jihad is angry with Barack Obama for aiding the resistance to that jihad. But at very least Aweys can take comfort from the fact that Obama's focus is very narrowly upon Al-Qaeda and jihad groups allied to it, with no interest in aiding the resistance to jihad when it takes other forms or is furthered by other groups in other areas of the world.
"Somalia: Hizbul Islam denounces US government," from the Somaliweyn Media Center, August 8 (thanks to James):
Hizbul Islam one of the Islamists factions in the Somali capital Mogadishu and an opponent to the government of Somalia led by his Excellency Sheikh Shariff Sheikh has on Saturday released an official communiqué in a written form saying that they are absolutely against the American involvement in the Somalia politics.
This is the translation of the communiqué which was written in Arabic, and had the signature of the chairman of Hizbul Islam Sheikh Hassan Dahir Aweys
The involvement of America in the Somali politics will not achieve anything prosperous but things will be on the other way from the frying pan to the fire.
In the first place we thought that the administration of the current President of America Obama will be quite different from that of his predecessor George Walker Bush on the side of how he will be dealing with the Somali people how he approaches the Somali politics, but to our point of view there are no changes at all things like father like son.
We can see that President Obama has followed the enmity steps of his predecessor towards the Somali people.
We acknowledge that the American government is using highly advanced modern tactics in colonizing the entire universe, while earlier to use to help all movements which are in quest of freedom. We are also fully a wear that America has used the forces of Abyssinia for the eradication of the Somali people right in their soil, but with the help of the Almighty Allah their dreams remained pending.
Likewise we know that America has deployed modern weaponries in Somali, and is planning to deploy additional weapons in the near future this will create no stable atmosphere in Somali.
The problems of America to the Somali population started since when coalition troops led by America reached Somali in the year 1992 calling themselves to be restoring peace in Somali while killing tens of Somalis each day.
In the bottom line of the communiqué Hizbul Islam urged the government of America to halt its involvement in the Somali politics.
Lesser Jihad (Jihad bil Saif)
Within Islamic jurisprudence jihad is the only form of warfare permissible under Islamic law, and may be declared against apostates, rebels, highway robbers, violent groups, non-Islamic leaders or non-Muslim combatants, but there are other ways to perform jihad as well, including civil disobedience. The primary aim of jihad as warfare is not the conversion of non-Muslims to Islam by force, but rather the expansion and defense of the Islamic state.[5][6][14]
In the classical manuals of Islamic jurisprudence, the rules associated with armed warfare are covered at great length.[14] Such rules include not killing women, children and non-combatants, as well as not damaging cultivated or residential areas.[15] More recently, modern Muslims have tried to re-interpret the Islamic sources, stressing that Jihad is essentially defensive warfare aimed at protecting Muslims and Islam.[14] Although some Islamic scholars have differed on the implementation of Jihad, there is consensus amongst them that the concept of jihad will always include armed struggle against persecution and oppression.[16]
Jihad has also been applied to offensive, aggressive warfare, as exemplified by Muhammad's own policies and the entire subsequent history of the spread of Islam. From the first generation of Islam, jihad ideology inspired the conquest of non-Muslim populations, forcing them to submit to Muslim rule or accept outright conversion (although conversion was not generally demanded of "Peoples of the Book," this too could be forcibly imposed on non-"Peoples of the Book"). Jihad ideologies also inspired internal civil conflict, as can be seen in early movements like the Kharijites and the contemporary Egyptian Islamic Jihad organization (which assassinated Anwar Al Sadat) as well as Jihad organizations in Lebanon, the Gulf states, and Indonesia.[3] When used to describe warfare between Islamic groups or individuals, such as al-Qaeda's attacks on civilians in Iraq, perpetrators of violence often cite collaboration with non-Islamic powers as a justification.[17] Terrorist attacks like that of September 11, 2001, which was planned and executed by radical Islamic fundamentalists, have not been sanctioned by more centrist groups of Muslims.[18]
The word itself has been recorded in English since 1869, in the Muslim sense, and has been used for any doctrinal jihad since c. 1880.[19]
Controversy
Controversy has arisen over whether use of the term jihad without further explanation refers to jihad of the sword, and whether some have used confusion over the definition of the term to their advantage.[20]
Middle East historian Bernard Lewis argues that "the overwhelming majority of classical theologians, jurists, and traditionalists [i.e., specialists in the hadith] ... understood the obligation of jihad in a military sense."[21]
Scholar David Cook writes:
In reading Muslim literature -- both contemporary and classical -- one can see that the evidence for the primacy of spiritual jihad is negligible. Today it is certain that no Muslim, writing in a non-Western language (such as Arabic, Persian, Urdu), would ever make claims that jihad is primarily nonviolent or has been superseded by the spiritual jihad. Such claims are made solely by Western scholars, primarily those who study Sufism and/or work in interfaith dialogue, and by Muslim apologists who are trying to present Islam in the most innocuous manner possible.[22]
And according to Douglas Streusand, "in hadith collections, jihad means armed action; for example, the 199 references to jihad in the most standard collection of hadith, Sahih al-Bukhari, all assume that jihad means warfare."[23]
Some fundamentalist Muslim traditionalists see that the world is divided into two houses: the House of Islamic Peace (Dar al-Salam), in which Muslim governments rule and Muslim law prevails, and the House of War (Dar al-Harb), the rest of the world, still inhabited. The presumption is that by natural law these domains will compete and fighting is inevitable therefore the duty of jihad will continue, interrupted only by truces, until all the world either adopts the Muslim faith or submits to Muslim rule. Those who fight in the jihad qualify for rewards in both worlds — treasure in this one, paradise in the next. For most of the recorded history of Islam, from the lifetime of the Prophet Muhammad onward, the word jihad was used in a primarily military sense.[24]
Nevertheless, the hadith is there, and the fact remains that ideas regarding which hadith are to be considered "controversial" are more often than not based upon the preconceived ideology of certain factions rather than the consensus of the ummah, or even historical or theological exegesis. Furthermore, all of the greatest saints (wali) of Islam and the majority of the ummah have supported Muhammad's interpretation of jihad according to this hadith, as well as that of the Qur'an itself, as being critical to daily religious practice in which the believer is urged to engage in struggle (jihad) within oneself (nafs) against the incessant promptings of the evil one.[25]
A number of Islamic scholars[who?] have distinguished jihad, as legitimate struggle, from fasad, as illegitimate violence and troublemaking, and argue that terrorism should be called fasad, not jihad.
History of Jihad
Origins
The beginnings of Jihad are traced back to the words and actions of Muhammad and the Qu’ran.[26] This word of Allah explicitly encourages the use of Jihad against non-Muslims.[27] Sura 25, verse 52 states: “Therefore, do not obey the disbelievers, and strive against them with this, a great striving.”[28] It was, therefore, the duty of all Muslims to strive against those who did not believe in Allah and took offensive action against Muslims. The Qu’ran, however, never uses the term Jihad for fighting and combat in the name of Allah; qital is used to mean “fighting.” The struggle for Jihad in the Qu’ran was originally intended for the nearby neighbors of the Muslims, but as time passed and more enemies arose, the Qu’ranic statements supporting Jihad were updated for the new adversaries[27]. The first documentation of the law of Jihad was written by ‘Abd al-Rahman al-Awza’i and Muhammad ibn al-Hasan al-Shaybani. The document grew out of debates that had surfaced ever since Muhammad's death.[26]
Early Instances of Jihad
The first forms of military Jihad occurred after the migration (hijra) of Muhammad and his small group of followers to Medina from Mecca and the conversion of several inhabitants of the city to Islam. The first revelation concerning the struggle against the Meccans was surah 22, verses 39-40:[29]
“
To those against whom war is made, permission is given (to fight), because they are wronged;- and verily, Allah is most powerful for their aid. (They are) those who have been expelled from their homes in defiance of right,- (for no cause) except that they say, "our Lord is Allah". Did not Allah check one set of people by means of another, there would surely have been pulled down monasteries, churches, synagogues, and mosques, in which the name of Allah is commemorated in abundant measure. Allah will certainly aid those who aid his (cause);- for verily Allah is full of Strength, Exalted in Might, (able to enforce His Will).
”
—Abdullah Yusuf Ali
There were several reasons for Muhammad and his followers to fight the Meccans:[30] For one, Muslims were defending themselves against the Meccans' attack. According to this surah 2, verse 190 was revealed:
“
Fight in the cause of Allah those who fight you, but do not transgress limits; for Allah loveth not transgressors.
”
—Abdullah Yusuf Ali
The Muslims had - at least partially - provoked the Meccans to attack them by robbing the goods of their caravans.[31] However, this was inevitable, for the Emigrants (the Muslims who had fled from Mecca to Yathrib/Medina) had lost all of their goods because of the Meccans and needed a livelihood.[32] They robbed goods from Meccan caravans, which was considered justified at that time.[32]
At this time, Muslims had been persecuted and oppressed by the Meccans.[33] There were still Muslims who couldn't flee from Mecca and were still oppressed because of their faith. Surah 4, verse 75 is referring to this fact:
“
And why should ye not fight in the cause of Allah and of those who, being weak, are ill-treated (and oppressed)?- Men, women, and children, whose cry is: "Our Lord! Rescue us from this town, whose people are oppressors; and raise for us from thee one who will protect; and raise for us from thee one who will help!
”
—Abdullah Yusuf Ali
The Meccans also refused to let the Muslims enter Mecca and by that denied them access to theKa'aba. Surah 8, verse 34:
“
But what plea have they that Allah should not punish them, when they keep out (men) from the sacred Mosque - and they are not its guardians? No men can be its guardians except the righteous; but most of them do not understand.
”
—Abdullah Yusuf Ali
The main focus of Muhammad’s later years was increasing the number of allies as well as the amount of territory under Muslim control.[34] The Qu’ran is unclear as to whether Jihad is acceptable only in defense of the faith from wrong-doings or in all cases.[26]
Major battles in the history of Islam arose between the Meccans and the Muslims; one of the most important to the latter was the Battle of Badr in 624 AD.[34] This Muslim victory over polytheists showed “demonstration of divine guidance and intervention on behalf of Muslims, even when outnumbered.”[35] Other early battles included battles in Uhud (625), Khandaq (627), Mecca (630) and Hunayn (630). These battles, especially Uhud and Khandaq, were unsuccessful in comparison to the Battle of Badr.[34]. In relating this battle, the Qu’ran states that Allah sent an “unseen army of angels” that helped the Muslims defeat the Meccans.[36]
Jihad and the Crusades
The European crusaders conquered much of the territory held within the Islamic state, dividing it into four kingdoms, the most important being the state of Jerusalem. The Crusades originally had the goal of recapturing Jerusalem and the Holy Land (former Christian territory) from Muslim rule and were originally launched in response to a call from the Eastern Orthodox Byzantine Empire for help against the expansion of the Muslim Seljuk Turks into Anatolia. There was little drive to retake the lands from the crusaders, save the few attacks made by the Egyptian Fatimids. This changed, however, with the coming of Zangi, ruler of what is today northern Iraq. He took Edessa, which triggered the Second Crusade, which was little more than a 47-year stalemate. The stalemate was ended with the victory of Salah al-Din al-Ayyubi (known in the west as Saladin) over the forces of Jerusalem at the Horns of Hattin in 1187. It was during the course of the stalemate that a great deal of literature regarding Jihad was written.[34] While amassing his armies in Syria, Saladin had to create a doctrine which would unite his forces and make them fight until the bitter end, which would be the only way they could re-conquer the lands taken in the First Crusade. He did this through the creation of Jihad propaganda. It stated that any one who would abandon the Jihad would be committing a sin that could not be washed away by any means. It also put his amirs at the center of power, just under his rule. While this propaganda was successful in uniting his forces for a time, the fervor burned out quickly. Much of Saladin's teachings were rejected after his death.[37]
Islamic Spain and Portugal
Medieval Spain was the scene of almost constant warfare between Muslims and Christians. Periodic raiding expeditions were sent from Al-Andalus to ravage the Christian Iberian kingdoms, bringing back treasure and slaves. In raid against Lisbon in 1189, for example, the Almohad caliph Yaqub al-Mansur took 3,000 female and child captives, while his governor of Córdoba, in a subsequent attack upon Silves in 1191, took 3,000 Christian slaves.[38]
The Almohad Dynasty (From Arabic الموحدون al-Muwahhidun, i.e. "the monotheists" or "the Unitarians"), was a Berber, Muslim dynasty that was founded in the 12th century, and conquered all Northern Africa as far as Libya, together with Al-Andalus (Moorish Spain). The Almohads, who declared an everlasting Jihad against the Christians, far surpassed the Almoravides in fundamentalist outlook, and they treated the dhimmis harshly.[39] Faced with the choice of either death or conversion, many Jews and Christians emigrated.[40][41] Some, such as the family of Maimonides, fled east to more tolerant Muslim lands,[40] while others went northward to settle in the growing Christian kingdoms.[42][43]
Indian subcontinent
Sir Jadunath Sarkar contends that several Muslim invaders were waging a systematic Jihad against Hindus in India to the effect that "Every device short of massacre in cold blood was resorted to in order to convert heathen subjects."[44] In particular the records kept by al-Utbi, Mahmud al-Ghazni's secretary, in the Tarikh-i-Yamini document several episodes of bloody military campaigns. In 1527, Babur ordered a Jihad against Rajputs at the battle of Khanwa. Publicly addressing his men, he declared the forthcoming battle a Jihad. His soldiers were facing a non-Muslim army for the first time ever. This, he said, was their chance to become either a Ghazi (soldier of Islam) or a Shaheed (Martyr of Islam). The Mughal emperor Aurangzeb waged a Jihad against those identified as heterodox within India's Islamic community, such as Shi'a Muslims.[45][46]
Tamerlane
Timur Lenk, a 14th century Turco-Mongol conqueror of much of western and central Asia, thought of himself as a ghazi, although his wars were also against Muslim states.[47]
Fulani jihads
The Fula or Fulani jihads, were a series of independent but loosely connected events across West Africa between the late 17th century and European colonization, in which Muslim Fulas took control of various parts of the region.[48] Between 1750 and 1900, between one- to two-thirds of the entire population of the Fulani jihad states consisted of slaves.[49]
Caucasus
In 1784, Imam Sheikh Mansur, a Chechen warrior and Muslim mystic, led a coalition of Muslim Caucasian tribes from throughout the Caucasus in a ghazavat, or holy war, against the Russian invaders.[50] Sheikh Mansur was captured in 1791 and died in the Schlusselburg Fortress. Avarian Islamic scholar Ghazi Muhammad preached that Jihad would not occur until the Caucasians followed Sharia completely rather than following a mixture of Islamic laws and adat (customary traditions). By 1829, Mullah began proselytizing and claiming that obeying Sharia, giving zakat, prayer, and hajj would not be accepted by Allah if the Russians were still present in the area. He even went on to claim that marriages would become void and children bastards if any Russians were still in the Caucasus. In 1829 he was proclaimed imam in Ghimry, where he formally made the call for a holy war. In 1834, Ghazi Muhammad died at the battle of Ghimri, and Imam Shamil took his place as the premier leader of the Caucasian resistance. Imam Shamil succeeded in accomplishing what Sheik Mansur had started: to unite North Caucasian highlanders in their struggle against the Russian Empire. He was a leader of anti-Russian resistance in the Caucasian War and was the third Imam of Dagestan and Chechnya (1834-1859).[51][52]
Mahdists in Sudan
During the 1870s, European initiatives against the slave trade caused an economic crisis in northern Sudan, precipitating the rise of Mahdist forces.[53][54] Muhammad Ahmed Al Mahdi was a religious leader, who proclaimed himself the Mahdi - the prophesied redeemer of Islam who will appear at end times - in 1881, and declared a Jihad against Ottoman rulers. He declared all "Turks" infidels and called for their execution.[55] The Mahdi raised an army and led a successful religious war to topple the Ottoman-Egyptian occupation of Sudan. Victory created an Islamic state, one that quickly reinstituted slavery. In the West he is most famous for defeating and later killing British general Charles George Gordon, in the fall of Khartoum.[56]
Wahabbists
The Saudi Salafi sheiks were convinced that it was their religious mission to wage Jihad against all other forms of Islam. In 1801 and 1802, the Saudi Wahhabists under Abdul Aziz ibn Muhammad ibn Saud attacked and captured the holy Shia cities of Karbala and Najaf in Iraq, massacred the Shiites and destroyed the tombs of the Shiite Imam Husayn and Ali bin Abu Talib. In 1802 they overtaked Taif. In 1803 and 1804 the Wahhabis overtaked Mecca and Medina.[57][58][59][60]
Ottoman Empire
Upon succeeding his father, Suleiman the Magnificent began a series of military conquests in Europe.[61] On August 29, 1526, he defeated Louis II of Hungary (1516–26) at the battle of Mohács. In its wake, Hungarian resistance collapsed and the Ottoman Empire became the preeminent power in Central and Eastern Europe.[62] In July 1683 Sultan Mehmet IV proclaimed a Jihad and the Turkish grand vizier, Kara Mustafa Pasha, laid siege to the Vienna with an army of 138,000 men.[63][64][65]
On November 14, 1914, in Constantinople, capital of the Ottoman Empire, the religious leader Sheikh-ul-Islam declares Jihad on behalf of the Ottoman government, urging Muslims all over the world - including in the Allied countries - to take up arms against Britain, Russia, France and Serbia and Montenegro in World War I.[66] On the other hand, Sheikh Hussein ibn Ali, the Emir of Mecca, refused to accommodate Ottoman requests that he endorse this jihad, a requirement that was necessary were a jihad to become popular, on the grounds that:
'the Holy War was doctrinally incompatible with an aggressive war, and absurd with a Christian ally: Germany'[67]
Afghanistan
Ahmad Shah, founder of the Durrani Empire, declared a jihad against the Marathas, and warriors from various Pashtun tribes, as well as other tribes answered his call. The Third battle of Panipat (January 1761), fought between largely Muslim and largely Hindu armies who numbered as many as 100,000 troops each, was waged along a twelve-kilometre front, and resulted in a decisive victory for Ahmad Shah.[68]
In response to the Hazara uprising of 1892, the Afghan Emir Abdur Rahman declared a "Jihad" against the Shiites. The large army defeated the rebellion at its center, in Oruzgan, by 1892 and the local population was severely massacred. According to S. A. Mousavi, "thousands of Hazara men, women, and children were sold as slaves in the markets of Kabul and Qandahar, while numerous towers of human heads were made from the defeated rebels as a warning to others who might challenge the rule of the Amir". Until the 20th century, some Hazaras were still kept as slaves by the Pashtuns; although Amanullah Khan banned slavery in Afghanistan during his reign,[69] the tradition carried on unofficially for many more years.[70]
The First Anglo-Afghan War (1838–42) was one of Britain’s most ill-advised and disastrous wars. William Brydon was the sole survivor of the invading British army of 16,500 soldiers and civilians.[71] As in the earlier wars against the British and Soviets, Afghan resistance to the American invaders took the traditional form of a Muslim holy war against the infidels.[72]
During September 2002, the remnants of the Taliban forces began a recruitment drive in Pashtun areas in both Afghanistan and Pakistan to launch a renewed "jihad" or holy war against the pro-Western Afghan government and the U.S-led coalition. Pamphlets distributed in secret during the night also began to appear in many villages in the former Taliban heartland in southeastern Afghanistan that called for jihad.[73] Small mobile training camps were established along the border with Pakistan by al-Qaeda and Taliban fugitives to train new recruits in guerrilla warfare and terrorist tactics, according to Afghan sources and a United Nations report.[74]
Most of the new recruits were drawn from the madrassas or religious schools of the tribal areas of Pakistan, from which the Taliban had originally arisen. As of 2008, the insurgency, in the form of a Taliban guerrilla war, continues.
Alhough there is no evidence that the CIA directly supported the Taliban or Al Qaeda, some basis for military support of the Taliban was provided when, in the early 1980s, the CIA and the ISI (Pakistan's Interservices Intelligence Agency) provided arms to Afghan mujahideens resisting the Soviet invasion of Afghanistan,[75] and the ISI assisted the process of gathering radical Muslims from around the world to fight against the Soviets. Osama Bin Laden was one of the key players in organizing training camps for the foreign Muslim volunteers. The U.S. poured funds and arms into Afghanistan, and "by 1987, 65,000 tons of U.S.-made weapons and ammunition a year were entering the war."[7 (www.jihad.com)